Senin, 15 Februari 2016

Kelebihan dan Kekurangan Teori-Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia

Teori- teori yang telah dikemukakan para ahli belum tentu benar, teori tersebut ada yang mendapatkan kritikan, tetapi ada juga yang mendapat dukungan. Berikut kelebihan dan kelemahan masing-masing teori yang saya kutip dari beberapa sumber :
1.      Teori Ksatria
Kelebihan :
Hal – hal berikut ini mendukung kebenaran teori ksatria,
·         Sejak dulu para ksatria memiliki semangat berpetualang untuk menaklukan daerah lain.
·         Kelebihan teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli dalam pendapatnya :
ü  C.C Berg
Mengemukakan bahwa para ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Mereka dijanjikan akan diberi hadiah apabila menang, yaitu dinikahkan dengan seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinan ini, tradisi hindu berkembang dengan mudah.
ü  Mookerji
Mengemukakan bahwa para ksatria ini membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi kerajaan dan menjalin hubungan dengan kerajaan India.
ü   J.L. Moens
Mengemukakan bahwa pada abad ke-5, banyak para ksatria yang melarikan diri karena peperangan di India. Para ksatria yang berasal dari keluarga kerajaan mendirikan kerajaan baru di Indonesia.
Kelemahan:
Tetapi teori Ksatria ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak adanya bukti tertulis bahwa telah terjadi kolonialisasi oleh para Ksatria Hindu yang berasal dari india. Kelemahan lainnya adalah sebagai berikut,
·         Para ksatria Tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
·         Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-
kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti/jayastamba/tugu kemenangan) yangmenggambarkan penaklukkan tersebut.
Akan tetapi, baik di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.


2.      Teori Waisya
Kelebihan :
Teori ini dapat dianggap kuat karena hal berikut ini,
Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat para Waisya (kelompok pedagang) tertarik untuk bertransaksi jual beli di Indonesia. Pada saat itu, kebanyakan pedagang yang datang ke Indonesia berasal dari India yang merupakan pusat agama hindu, sehingga ketika mereka berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha.
Kelemahan :
·         Teori Waisya di ragukan kebenarannya, jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan mestinya hanya terdapat di wilayah perdagangan saja, seperti di pelabuhan atau di pusat kota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, pengaruh kebudayaan hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, seperti di buktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak hindu di pedalaman Pulau Jawa.
·         Para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana.
Saya juga mengutip bantahan para ahli mengenai teori ini yang menyebabkan teori ini lemah yaitu sebagai berikut :
§  Motif mereka datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu.
§  Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.
§  Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
§  Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab suci Weda.
§  Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.


3.      Teori Brahmana
Kelebihan :
Banyak sekali kelebihan yang membuktikan teori ini terutama dari segi pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan bercorak hindu-buddha di indonesia
·         Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
·         Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda.
·         Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya.
·         Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
·         Karena raja telah mengenal Brahmana maka secara khusus raja juga meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia.
·         Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia.
·         Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
Kelemahan :
Tapi teori ini pun diragukan kebenarannya, alasannya adalah kendati benar hanya para Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, tetapi para pendeta hindu itu pantang menyebragi lautan. Selain itu bukti kelemahannya adalah sebagai berikut
§  Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana.
§  Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar


4.      Teori Arus Balik

Teori ini muncul karena banyaknya kelemahan-kelemahan yang timbul dari beberapa teori yang telah disebutkan diatas, kelemahan-kelemahan itu sebagai berikut :
·         Berdasarkan pada peninggalan-peninggalan yang ada, tenyata teori kolonisasi tidak mempunyai bukti yang kuat. Untuk hipotesis Waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia yang bercorak Hindu-Buddha ditemukan di pesisir pantai, melainkan terletak di pedalaman. Kritikan untuk hipotesis Ksatria, ternyata tidak ada prasasti yang menyatakan daerah atau kerajaan yang ada di Indonesia pernah ditaklukkan atau dikuasai oleh para Ksatria dan India.
·         Bila ada perkawinan antara golongan Ksatnia dengan putri pribumi dan Indonesia, seharusnya ada keturunan dan mereka yang ditemukan di Indonesia. Pada kenyataannya, hal itu tidak ditemukan
·          Dilihatdani hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangun di India.
·         Kritikan yang lain adalah.dilihat darl sudut bahasa. Bahasa Sanskerta hanya dikuasai oleh para Brahmana, tetapi kenapa bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada waktu itu adalah bahasa yang digunakan oleh kebanyakan orang India.

Tetapi teori ini pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan
a.   Kelebihan :
·         Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu-Budha dan Budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Indonesi dengan mencotoh kebudayan Hindu-Budha
b.    Kelemahan :
·         Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke india sulit, karena pada masa itu oran indonesia masih bersifat pasif.


5.      Teori Sudra
Kelebihan :
·         Semua orang yang ada pada kasta Sudra pasti ingin memperbaiki hidup, salah satu caranya adalah pergi ke tempat lain seperti Indonesia
Kelemahan :
Tidak mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
·          Kasta Sudra umumnya tidak memiliki ilmu pengetahuan/pendidikan
·         Biasanya jika ada budak maka ada tuannya,maka jika pastilah ada kasta yang lebih tinggi dari sudra yang membawa kasta Sudra ke Indonesia.

Sumber :



Minggu, 14 Februari 2016

Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia



Kesimpulan :
Menurut pendapat saya dari empat teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha, teori Waisya dan teori Brahmana bisa dikatakan teori paling kuat. Hal ini berdasarkan faktor yang mendukung teori tersebut yaitu Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat para Waisya (kelompok pedagang) tertarik untuk bertransaksi jual beli di Indonesia. Pedagang yang datang ke Indonesia banyak yang bersal dari India yaitu pusat agama Hindu dan Buddha sehingga ketika mereka berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha. Sedangkan teori Brahmana termasuk teori yang kuat karena menurut teori ini banyak sisa-sisa peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu Buddha di Indonesia seperti prasasti-prasasti yang berbahasa sansekerta dan huruf pallawa yang umumnya digunakan pada kitab suci weda dan hanya dimengerti oleh kaum Brahmana Teori Ksatria kurang tepat karena belum ditemukan bukti yang menyebutkan  kerajaan- kerajaan yang pernah menyerang Indonesia  Sedangkan pada teori arus balik, seperinya tidak mungkin karena kondisi orang Indonesia pada waktu itu belum terlalu maju untuk melakukan perjalanan ke India dan menyebarkan ajaran yang telah mereka dapatkan setelah mereka kembali ke Indonesia.

Jumat, 12 Februari 2016

Peninggalan agama dan kebudayaan hindu budha
(CANDI)
Masuknya hindu-budha ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia. Beberapa unsur kebudayaan yang berkembang pada aman kerajaan Hindu-Buddha antara lain, seni bangunan, seni ukir, seni sastra, dan seni patung. Salah satu hasil seni bangunan yang paling penting dalam perkembangan seni bangunan di Indonesia adalah candi. Pembuatan candi di India selalu menunjukkan fungsinya yang utama yaitu sebagai tempat peribadatan. Sementara candi-candi yang terdapat di Indonesia tidak hanya difungsikan sebagai tempat peribadatan tetapi juga tempat pemakaman raja atau orang-orang yang dimuliakan. Candi-candi yang bercorak agama Hindu-Buddha banyak ditemukan di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Bali.

1.                Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta
a.       Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
b.       Candi Borobudur

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di BorobudurMagelangJawa TengahIndonesia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.
c.        Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur. Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwanayang artinya adalah hutan bambu.
d.     
Kelompok candi Dieng, yang terdapat di Pegunungan Dieng letaknya sekitar 25   kilometer dari kota Wonosobo. Candi-candi ini bercorak Hindu. Di dataran tinggi Dieng terdapat beberapa buah candi antara lain Candi Bima, Candi gatotkaca, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Subadra.



e.      Candi lainnya adalah Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Latu, Karang Anyar, Candi Sarjiwan terletak di selatan Prambanan, Candi Lumbung di selatan Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah lokasinya tidak jauh dari Candi Kalasan

2.           Candi – Candi di Jawa Timur
a.     
Candi Badut terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat laut Malang, merupakan candi bercorak Hindu yang didirikan sekitar abad ke-8 M. Candi Singhasari terletak di Desa Candinegoro sekitar 10 km dari kota Malang. Candi ini berasal dari abad ke-14 dan dihubungkan dengan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari.
b.     
  Candi Jago (Candi Jajaghu) terletak 18 kilometer dari kota Malang. Candi ini merupakan candi bercorak Siwa-Buddha dan bentuknya berundakundak tiga buah serta di halaman candi terdapat beberapa patung Buddha. Candi ini dibangun pada masa Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari.



c.      
   Candi Kidal terletak sekitar 7 kilometer sebelah tenggara dari candi jago. Candi ini merupakan bangunan suci untuk memuliakan raja Anusapati Raja Singhasari.




d.     
   Candi Penataran terletak sekitar 11 kilometer dari kota Blitar. Candi Panataran merupakan kompleks candi yang terbesar di Jawa Timur dan merupakan candi Siwa.




e.     Candi Jajawa (Candi Jawi) terletak di Gunung Welirang yang merupakan makam Raja Kertanegara.
f.        Candi Singhasari yang terletak 10 kilometer dari kota Malang. Candi ini sebagai tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang digambarkan sebagai Bhairawa (Siwa-Buddha)
g.      Candi Rimbi terletak di Desa Pulosari, Jombang yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
h.   Candi Bajang Ratu yang merupakan gapura di daerah Trowulan bekas peninggalan kerajaan Majapahit.
i.    Candi Sumber Awan bercorak Buddha sebagai penghargaan atas kunjungan Raja Hayam Wuruk ke daerah kaki Gunung Arjuna.

3.           Candi – Candi di Jawa Barat
a.       Candi Batujaya
Situs Batujaya merupakan kompleks candi yang menempati areal seluas 40 ha, meliputi dua desa, yaitu Segaran dan Telagajaya di Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. candi tersebut merupakan yang tertua di Jawa, yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6 M).
b.       Candi Bonjongmende
candi tersebut dibangun pada abad ke-7 dan ke-8. Dengan demikian, usia Candi Bojongmenje  lebih tua dibandingkan dengan usia candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau setidaknya setara dengan Candi Dieng di Jawa Tengah.
c.        Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang , Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.  tahun 1893 yang menyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuno  dan sebuah arca yang sudah rusak.  Disebutkan bahwa temuan itu berlokasi di bukit Kampung Pulo. Makam dan  arca Syiwa yang dimaksud memang diketemukan.
d.       Candi  Cibuaya
Candi Cibuaya terletak di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, tidak jauh dari lokasi Candi Batujaya. Reruntuhan candi di Cibuaya ini pertama kali diketahui Dinas Purbakala pada tahun 1952, di antaranya berupa dua buah ‘unur’ (gundukan tanah di antara persawahan). Pada mulanya kedua reruntuhan bangunan purbakala itu dianggap reruntuhan benteng Belanda, namun pendapat tersebut berubah setelah ditemukan arca Wisnu di dekat situs tersebut. Lima tahun kemudian (1957) ditemukan Arca Wisnu kedua. Arca-arca tersebut saat ini disimpan di Museum Nasional di Jakarta dengan sebutan Arca Wisnu I dan Arca Wisnu II.

4.         Candi – candi di luar Jawa
a.       Di pulau Sumatra terdapat beberapa candi seperti Candi Muara Jambi di Jambi yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana. Ada juga Candi Muara Takus di Riau (terbuat dari batu bata dan terdiri atas beberapa bangunan stupa). Di komplek Candi Muara Takus ada beberapa candi seperti Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Mahligai. Kompleks percandian (stupa) lainnya adalah Komplek Candi Padang Lawas yang terletak di Sumatera Utara dan bercorak Siwaisme dan Budhisme.
b.       Di daerah Tapanuli terdapat komplek Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha.
c.       Di Kalimantan Selatan ditemukan sebuah candi yaitu Candi Agung di daerah Amuntai.
d.      Di Bali terdapat Candi Padas atau Candi Gunung Kawi yang terletak di desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Candi ini dipahatkan pada dinding batu yang keras dan merupakan tempat pemujaan Raja Anak Wungsu putra terakhir dari Raja Udayana.
sumber :