Peninggalan
Islam di Palembang (
Sumatera
Selatan )
1.
Masjid Lawang Kidul
Masjid Lawang Kidul adalah salah satu masjid tua di kota
Palembang. Masjid ini terletak di tepian Sungai Musi di semacam tanjung yang
terbentuk oleh pertemuannya dengan muara Sungai Lawangkidul, di kawasan
Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II. Rumah ibadah ini dibangun dan
diwakafkan ulama Palembang Kharismatik, Ki. Mgs. H. Abdul Hamid bin Mgs. H.
Mahmud alias K. Anang pada tahun 1310 H(1890 M).
Ulama ini lebih dikenal sebagai Kiai Merogan. Panggilan itu
merujuk pada tempat tinggal dan aktivitasnya yang banyak di kawasan muara
Sungai Ogan (salah sat anak Sungai Musi) di kawasan Seberang Ulu. Ayahnya
adalah seorang ulama dan pedagang yang sukses. Kiai Merogan
dilahirkan pada tahun 1811 M dan wafat pada 31 Oktober 1901. Ulama ini
dimakaman di areal Masjid Ki Merogan, salah satu masjid yang dibangun selama
syiar Islamnya.
Selama
berdakwah-sebelumnya, dia menetap di Mekkah, Saudi Arabia, tetapi mendapat
bisikan untuk kembali ke kampong halaman – bersama murid-muridnya, Kiai Merogan
menggunakan perahu hingga ke daerah pelosok di Sumatera Selatan. Karena itu
pula, selain Masjid Lawang Kidul dan Masjid Kiai Merogan di Palembang serta
tiga pemondokan jemaah haji di Saudi Arabia, Kiai Merogan masih memiliki
peninggalan berupa masjid di Dusun Ulak Kerbau Lama Pegagan Ilir (OKI).
Atap Masjid Lawang Kidul memiliki tiga undakan. Uniknya,
undakan kedua seakan-akan menutupi undakan pertama. Diantara undakan kedua dan
ketiga tidak ada diberi sekat jendela. Bagian puncak atap terpasang bulan
sabit. Atap ruangan mihrab tidak sama dengan atap utama masjid. Atap mihrab
dibuat sangat mirip dengan atap kelenteng.
Makam ini terlindungi kompleks pergudangan peti kemas
Pelabuhan Bom Baru di kawasan Kelurahan III Ilir, Kecamatan Ilir Timur II. Dari
pinggiran jalan raya, kita harus berjalan sekitar 200 meter untuk dapat melihat
langsung kompleks pemakaman ini. Jika lebih memilih dari tepian Sungai Musi,
maka kompleks ini berjarak tak lebih dari 100 meter.
Berdasarkan dari catatan sejarah lama kota Palembang,
Pemakaman Kawah Tengkurep ini dibangun pada tahun 1728 Masehi atas perintah
dari Sultan Mahmud Badaruddin I atau nama lainnya adalah Sultan Mahmud
Badaruddin Jayo Wikramo ( yang wafat pada tahun 1756 M ), kalau tidak salah,
itu kurang lebih tidak lama setelah masa pembangunan Kompleks Makam atau Gubah
Talang Kerangga ( 30 Ilir ) itu di selesaikan. Nama Pemakaman Kawah Tengkurep
itu sendiripun diambil dari bentuk cungkup (kubah) -nya yang menyerupai sebuah
kawah yang ditengkurapkan, atau kawah terbalik, ( kalau dalam bahasa Palembang adalah
Tengkurep ).
Kompleks Pemakaman Kawah Tengkurep ini di dalamnya terdapat
empat cungkup, tiga cungkup sengaja diperuntukkan bagi makam para sultan-sultan
kota Palembang dan satu cungkup lainnya untuk putra-putri Sultan Mahmud
Badaruddin, para pejabat kesultanan dan hulu-balang kesultanan kota Palembang.
Cungkup I :
1. Sultan
Mahmud Badaruddin I (wafat tahun 1756 M)
2. Ratu
Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah
3. Ratu
Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia)
4. Mas
Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari Cina
5. Nyimas
Naimah, istri keempat yang berasal dari I Ilir (Guguk Jero Pager Kota Palembang
Lamo)
6. Imam
Sayyid Idrus Al Idrus dari Yaman Selatan (Guru Spiritual Sultan).
Cungkup II :
1. Pangeran
Ratu Kamuk (wafat tahun 1755 M)
2. Ratu
Mudo (istri P. Kamuk)
3. Sayyid
Yusuf Al Angkawi (Imam/ Guru penasihat Sultan)
Cungkup III
:
1. Sultan
Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776 M)
2. Masayu
Dalem (istri Najamuddin)
3. Sayyid
Abdur Rahman Maulana Tugaah (imam Sultan dari Yaman)
Cungkup IV :
1. Sultan
Muhammad Bahauddin (wafat tahun 1803 Masehi)
2. Ratu
Agung (istri Bahauddin)
3. Datuk
Murni Hadad (Imam Sultan dari Arab Saudi)
4. Beberapa
makam lain yang tidak terbaca namanya
3.
Banteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak mempunyai ukuran panjang sekitar 288
meter dan lebar lebih dari 187 meter, ukuran tersebut digunakan untuk
melindungi keberadaan Keraton Kuto Baru dan Keraton Kuto Lama yang ada di
dalamnya. Benteng Kuto Besak mulai dibangun sejak 1780 pada masa kekuasaan
Sultan Mahmud Badaruddin I yang berkuasa pada rentang waktu tahun 1776-1803.
Setelah masa kekuasaannya berakhir, pembangunan Benteng Kuto Besak kemudian
dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II hingga akhirnya selesai dibangun
pada 1821.Benteng Kuto Besak secara umum mengadopsi gaya arsitektur bangunan
Perancis. Uniknya benteng pertahanan ini dibangun menggunakan bahan baku berupa
batu kapur yang langsung didatangkan dari Kabupaten Ogan Komering Ilir.
4.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Museum ini berdiri di atas bangunan Benteng Koto Lama (Kuto
Tengkurokato Kuto Batu) dimana Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo dan Sultan
Mahmud Badaruddin I (1724-1758) memerintah. Berdasarkan penyelidikan oleh tim
arkeologis tahun 1988, diketahui bahwa pondasi Kuto Lama ditemukan di bawah
balok kayu.
Benteng ini pernah habis dibakar oleh Belanda pada 17 Oktober 1823 atas perintah I.L. Van Seven House sebagai balas dendam kepada Sultan yang telah membakar Loji Aur Rive. Kemudian di atasnya dibangun gedung tempat tinggal Residen Belanda. Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini dipakai sebagai markas Jepang dan dikembalikan ke penduduk Palembang ketika proklamasi tahun 1945. Museum ini direnovasi dan difungsikan sebagai markas Kodam II/Sriwijaya hingga akhirnya menjadi museum.
Benteng ini pernah habis dibakar oleh Belanda pada 17 Oktober 1823 atas perintah I.L. Van Seven House sebagai balas dendam kepada Sultan yang telah membakar Loji Aur Rive. Kemudian di atasnya dibangun gedung tempat tinggal Residen Belanda. Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini dipakai sebagai markas Jepang dan dikembalikan ke penduduk Palembang ketika proklamasi tahun 1945. Museum ini direnovasi dan difungsikan sebagai markas Kodam II/Sriwijaya hingga akhirnya menjadi museum.
http://historypeople94.blogspot.co.id/2014/05/beberapa-peninggalan-islam-di-sumatera.html
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/benteng-kuto-besak-sisa-sisa-peninggalan-kesultanan-palembang-darussalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar