Minggu, 14 Februari 2016

Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia



Kesimpulan :
Menurut pendapat saya dari empat teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha, teori Waisya dan teori Brahmana bisa dikatakan teori paling kuat. Hal ini berdasarkan faktor yang mendukung teori tersebut yaitu Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat para Waisya (kelompok pedagang) tertarik untuk bertransaksi jual beli di Indonesia. Pedagang yang datang ke Indonesia banyak yang bersal dari India yaitu pusat agama Hindu dan Buddha sehingga ketika mereka berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha. Sedangkan teori Brahmana termasuk teori yang kuat karena menurut teori ini banyak sisa-sisa peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu Buddha di Indonesia seperti prasasti-prasasti yang berbahasa sansekerta dan huruf pallawa yang umumnya digunakan pada kitab suci weda dan hanya dimengerti oleh kaum Brahmana Teori Ksatria kurang tepat karena belum ditemukan bukti yang menyebutkan  kerajaan- kerajaan yang pernah menyerang Indonesia  Sedangkan pada teori arus balik, seperinya tidak mungkin karena kondisi orang Indonesia pada waktu itu belum terlalu maju untuk melakukan perjalanan ke India dan menyebarkan ajaran yang telah mereka dapatkan setelah mereka kembali ke Indonesia.

Jumat, 12 Februari 2016

Peninggalan agama dan kebudayaan hindu budha
(CANDI)
Masuknya hindu-budha ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia. Beberapa unsur kebudayaan yang berkembang pada aman kerajaan Hindu-Buddha antara lain, seni bangunan, seni ukir, seni sastra, dan seni patung. Salah satu hasil seni bangunan yang paling penting dalam perkembangan seni bangunan di Indonesia adalah candi. Pembuatan candi di India selalu menunjukkan fungsinya yang utama yaitu sebagai tempat peribadatan. Sementara candi-candi yang terdapat di Indonesia tidak hanya difungsikan sebagai tempat peribadatan tetapi juga tempat pemakaman raja atau orang-orang yang dimuliakan. Candi-candi yang bercorak agama Hindu-Buddha banyak ditemukan di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Bali.

1.                Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta
a.       Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
b.       Candi Borobudur

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di BorobudurMagelangJawa TengahIndonesia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.
c.        Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur. Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwanayang artinya adalah hutan bambu.
d.     
Kelompok candi Dieng, yang terdapat di Pegunungan Dieng letaknya sekitar 25   kilometer dari kota Wonosobo. Candi-candi ini bercorak Hindu. Di dataran tinggi Dieng terdapat beberapa buah candi antara lain Candi Bima, Candi gatotkaca, Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Subadra.



e.      Candi lainnya adalah Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Latu, Karang Anyar, Candi Sarjiwan terletak di selatan Prambanan, Candi Lumbung di selatan Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah lokasinya tidak jauh dari Candi Kalasan

2.           Candi – Candi di Jawa Timur
a.     
Candi Badut terletak di Desa Dinoyo, sebelah barat laut Malang, merupakan candi bercorak Hindu yang didirikan sekitar abad ke-8 M. Candi Singhasari terletak di Desa Candinegoro sekitar 10 km dari kota Malang. Candi ini berasal dari abad ke-14 dan dihubungkan dengan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari.
b.     
  Candi Jago (Candi Jajaghu) terletak 18 kilometer dari kota Malang. Candi ini merupakan candi bercorak Siwa-Buddha dan bentuknya berundakundak tiga buah serta di halaman candi terdapat beberapa patung Buddha. Candi ini dibangun pada masa Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari.



c.      
   Candi Kidal terletak sekitar 7 kilometer sebelah tenggara dari candi jago. Candi ini merupakan bangunan suci untuk memuliakan raja Anusapati Raja Singhasari.




d.     
   Candi Penataran terletak sekitar 11 kilometer dari kota Blitar. Candi Panataran merupakan kompleks candi yang terbesar di Jawa Timur dan merupakan candi Siwa.




e.     Candi Jajawa (Candi Jawi) terletak di Gunung Welirang yang merupakan makam Raja Kertanegara.
f.        Candi Singhasari yang terletak 10 kilometer dari kota Malang. Candi ini sebagai tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang digambarkan sebagai Bhairawa (Siwa-Buddha)
g.      Candi Rimbi terletak di Desa Pulosari, Jombang yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
h.   Candi Bajang Ratu yang merupakan gapura di daerah Trowulan bekas peninggalan kerajaan Majapahit.
i.    Candi Sumber Awan bercorak Buddha sebagai penghargaan atas kunjungan Raja Hayam Wuruk ke daerah kaki Gunung Arjuna.

3.           Candi – Candi di Jawa Barat
a.       Candi Batujaya
Situs Batujaya merupakan kompleks candi yang menempati areal seluas 40 ha, meliputi dua desa, yaitu Segaran dan Telagajaya di Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. candi tersebut merupakan yang tertua di Jawa, yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6 M).
b.       Candi Bonjongmende
candi tersebut dibangun pada abad ke-7 dan ke-8. Dengan demikian, usia Candi Bojongmenje  lebih tua dibandingkan dengan usia candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau setidaknya setara dengan Candi Dieng di Jawa Tengah.
c.        Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang , Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.  tahun 1893 yang menyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuno  dan sebuah arca yang sudah rusak.  Disebutkan bahwa temuan itu berlokasi di bukit Kampung Pulo. Makam dan  arca Syiwa yang dimaksud memang diketemukan.
d.       Candi  Cibuaya
Candi Cibuaya terletak di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, tidak jauh dari lokasi Candi Batujaya. Reruntuhan candi di Cibuaya ini pertama kali diketahui Dinas Purbakala pada tahun 1952, di antaranya berupa dua buah ‘unur’ (gundukan tanah di antara persawahan). Pada mulanya kedua reruntuhan bangunan purbakala itu dianggap reruntuhan benteng Belanda, namun pendapat tersebut berubah setelah ditemukan arca Wisnu di dekat situs tersebut. Lima tahun kemudian (1957) ditemukan Arca Wisnu kedua. Arca-arca tersebut saat ini disimpan di Museum Nasional di Jakarta dengan sebutan Arca Wisnu I dan Arca Wisnu II.

4.         Candi – candi di luar Jawa
a.       Di pulau Sumatra terdapat beberapa candi seperti Candi Muara Jambi di Jambi yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana. Ada juga Candi Muara Takus di Riau (terbuat dari batu bata dan terdiri atas beberapa bangunan stupa). Di komplek Candi Muara Takus ada beberapa candi seperti Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Mahligai. Kompleks percandian (stupa) lainnya adalah Komplek Candi Padang Lawas yang terletak di Sumatera Utara dan bercorak Siwaisme dan Budhisme.
b.       Di daerah Tapanuli terdapat komplek Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha.
c.       Di Kalimantan Selatan ditemukan sebuah candi yaitu Candi Agung di daerah Amuntai.
d.      Di Bali terdapat Candi Padas atau Candi Gunung Kawi yang terletak di desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Candi ini dipahatkan pada dinding batu yang keras dan merupakan tempat pemujaan Raja Anak Wungsu putra terakhir dari Raja Udayana.
sumber : 








Patung adalah tiruan bentuk orang atau hewan yang dibuat dengan bahan batu, kayu, dan lainlain. Adapun arca adalah patung yang dibuat dari batu.
a. Patung Gajah Mada

Patung ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa Patih Gajahmada dalam mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit. Pada saat diangkat menjadi Mangkubumi atau Perdana Menteri Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang bernama “Sumpah Palapa”.




b. Patung Prajna Paramita
Patung Prajna Paramita merupakan patung perwujudan Ken Dedes istri Ken Arok, yang digambarkan sebagai Dewi Kebijaksanaan. Patung yang terletak di Candi Singasari, merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dengan pahatan yang sangat bagus.





c. Patung Buddha
Ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang pada abad ke-2. Patung Buddha merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bukti bahwa agama Buddha berkembang dengan baik. Selain itu terdapat juga patung Buddha di Candi Mendut.




sumber : http://www.cpuik.com/2012/12/peninggalan-sejarah-hindu-dan-buddha.html



Prasasti disebut juga batu bertulis. Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang tertulis di atas batu, logam, dan sebagainya. Prasasti biasanya berisi mengenai kehidupan atau peristiwa penting di daerah setempat. Contoh prasasti sebagai berikut.
a. Prasasti Kerajaan Tarumanegara antara lain Ciaruteun, Kebun Kopi, Tugu, Lebak, Jambu, Muara Cianten, dan Pasir Awi yang semuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
b. Prasasti di Sumatra Selatan antara lain Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Telaga Batu. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Pallawa, yang dipahat dan ditulis sekitar abad ke-7 pada masa Kerajaan Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tersebut antara lain berisi tentang peraturan kerajaan dan sanksi apabila melakukan pelanggaran, serta puji-pujian untuk kebesaran dan kemakmuran raja. Selain kelima prasasti tadi, juga ditemukan Prasasti Nalanda yang berisi tentang keturunan Dinasti Syailendra, silsilah Raja Balaputradewa, dan persahabatan dengan Kerajaan India. 
c. Prasasti Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti ini ditulis sekitar tahun 400 Masehi, berisi tentang sejarah Kerajaan Kutai.
d. Prasasti Canggal tahun 732 M, di dekat Magelang. Berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu dengan Raja Sanjaya.
e. Prasasti di Kediri sekitar Sungai Brantas, Jawa Timur, antara lain Prasasti Padlegan, Palah, dan Panumbungan. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kediri.
f. Prasasti Dinoyo tahun 760 M, dekat Malang. Prasasti ini berisi tentang sebuah kerajaan yang berpusat di Kanyuruhan.
g. Prasasti Kalasan tahun 778 M, dekat Jogjakarta, memuat tentang Kerajaan Mataram Hindu yang dipimpin Raja Rakai Panangkaran.
h. Prasasti Kedu tahun 907 M, berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu yang dipimpin Raja Balitung.
i. Prasati Adityawarman, ditemukan di daerah Batusangkar. Prasasti ini memakai bahasa Melayu Kuno bercampur dengan bahasa Sanskerta.
j. Prasasti Mulawarman, ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.


Prasasti Ciaruteun
sumber : http://www.cpuik.com/2012/12/peninggalan-sejarah-hindu-dan-buddha.html
Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkembang di Indonesia, kebudayaan dan kesusastraan juga mengalami kemajuan, terutama pada saat Kerajaan Majapahit. Karya-karya sastra peninggalan sejarah tersebut berupa cerita tertulis yang dikarang oleh para pujangga. Beberapa karya sastra di antaranya berupa kitab-kitab berikut ini.
a. Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra yang berisi dasar-dasar pokok membuat candi.
b. Kitab Arjuna Wiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030. Kitab ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berisi tentang perjuangan Airlangga dalam mempertahankan Kerajaan Kediri.
c. Kitab Smaradahana dikarang oleh Mpu Darmaja, pada masa pemerintahan Raja Kameswara I, Kediri.
d. Kitab Bharatayuda dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, Kediri.
e. Kitab Krisnayana ditulis oleh Mpu Triyana.
f. Kitab Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh.
g. Kitab Negara Kertagama, ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Kitab ini merupakan sumber sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Di dalam kitab ini muncul istilah Pancasila. 


h. Kitab Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab ini berisi tentang hukum dan dijadikan dasar hukum di Kerajaan Majapahit. Dalam kitab ini menekankan prinsip keadilan dan tidak membedakan rakyat biasa dengan bangsawan. Jadi siapapun yang melanggar aturan atau undang-undang harus mendapat hukuman yang sesuai.
Teori Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia


Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tidak hanya berkembang di india, melainkan telah menyebar dan berkembang pula di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Hal ini bermula dari proses perdagangan antara Indonesia dengan India dan Cina.
Karena faktanya bahwa letak geografis kepulauan Indonesia yang strategis yaitu terletak di sebelah timur India dan menjadi kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Keberadaan Indonesia ini menimbulkan jalur lalu lintas perdagangan zaman kuno, yaitu India dan Cina. Pada awalnya, jalur perdagangan ini hanya menempuh jalur darat(jalur sutra) antara India dan Cina, tetapi lama-kelamaan perdagangan ini pun melewati Selat Malaka dan terjadilah hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina.
Tetapi kita tidak lantas menjawab bahwa kebudayaan Hindu-Buddha yang menyebar di Indonesia berasal dari proses perdagangan tersebut. Oleh karena ketidakpastian itu muncullah beberapa pendapat para ahli yang dikemas dalam beberapa teori berikut ini : 
1.    Teori Ksatria – F.D.K Bosch-
Bosch

Menurut teori ini, Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia akibat pengaruh para bangsawan. Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Daerah koloni ini menjadi pusat penyebaran budaya India. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kolonisasi yang terjadi disertai penaklukan melalui perang. Pemegang pereanan terhadap proses masuknya kebudayaanHindu- Buddha di Indonesia adalah golongan prajurit atau kasta ksatria. Menurut teori ini, budaya India masuk ke Indonesia dibawa oleh para ksatria denagn cara penaklukan daerah-daerah tertentu di Nusantara. Lahirnya teori ini didasari atas kekacauan politik di India yang mengakibatkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan tersebut terdesak dan akhirnya melarikan diri ke wilayah Indoneisa. Dengan demikian, teori ini menekankan bahwa orang – orang Indonesia dikuasai orang-orang India
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:

a.
C.C. Berg
C.C.Berg Menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan   Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.

b.
Mookerji
Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.

c.
J.L. Moens
J.L. Moens  menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
2.      Teori Waisya - NJ. Krom-
krom 

Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Menurutnya, orang India datang ke Indonesia unutk berdagang Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia.
Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Teori waisya menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta waisya. Karena mereka terdiri atas para pedagang yang datang dan kemudia menetap di indonesia. Bahkan banyak diantara para pedagang itu kawin dengan wanita Indonesia.

3.      Teori Brahmana - Jc.Van Leur-
Van Leur

Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh kasta Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hind  secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.

Teori brahmana menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dilakukan oleh kaum brahmana. Kedatangan mereka ke indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama hindu. Kaum brahmana yang datang ke indonesia inilah yang menyebarkan agama hindu kepada masyarakat indonesia.
4.       Teori Arus Balik – F.D.K Bosch-
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang sebelumnya telah mengemukakan teori Ksatria. Teori arus balik ini sebetulnya adalah kelanjutan dari teori brahmana yang dikemukakan oleh Van Leur.
Menurut teori ini, yang telah berperan dalam penyebaran kebudayaan India di Indonesia adalah kaum cendekiawan Indonesia sendiri.   Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Para pendeta tersebut berkunjung untuk mengajarkan agama Hindu-buddha kepada calon-calon pendeta di kalangan istana.
Karena pengaruhnya itu, ada diantara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya dan timbul suatu ikatan langsung denagna India. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan memperdalam  agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, mereka menyebarkan ajaran yang telah mereka dapat di Ïndia.

5.    Teori sudra – Van Faber-
Teori ini dikemukakan oleh Van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa di India terjadi banyak peperangan, akhirnya para budak bermigrasi ke wilayah Indonesia dan terjadi perkawinan campuran dengan masyarakat pribumi.

Dari kelima teori tersebut hanya teori brahmanalah yang dianggap sesuai dengan bukti- bukti yang ada. Bukti-bukti tersebut diantaranya:

1. Agama hindu bukanlah agama yang demokratis karena urusan keagamaan menjadi monopoli brahmana, sehingga hanya golongan brahman yang berhak dan mampu menyiarkan agama  hindu

2. Prasasti indonesia yang pertama berbahasa sansekerta sedangkan di india sendiri  bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi kaum brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.

sumber : 
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/5-teori-masuknya-hindu-budha-ke-indonesia.html
http://baldanhanin.weebly.com/blog/-teori-masuknya-hindhu-buddha-ke-indonesia